Koran Sumatera Ekspres tanggal 30 Meret 2010 memuat berita bahwa kuota haji Sumsel tahun 2010 tinggal separuh. Dari jumlah kuota 6300 untuk ...
Koran Sumatera Ekspres tanggal 30 Meret 2010 memuat berita bahwa kuota haji Sumsel tahun 2010 tinggal separuh. Dari jumlah kuota 6300 untuk tahun 2015 yang terdaftar sudah ada 3320. Berarti masih ada sisa kuota untuk 2980 lagi. Untunglah ayahku sudah mendaftar pada akhir Januari yang lalu. Insya Allah kalau umur panjang sudah ada kepastian untuk dapat menunaikan rukun Islam yang kelima tersebut.
Tapi dibalik kebahagiaanku terhadap ayah, ada sebersit kesedihan. Aku merasa kasihan pada ayah. Sekarang saja usianya sudah 69 tahun. Kalau menunggu 5 tahun lagi berarti usia ayah 74 tahun. Kalaupun ayah berumur panjang, apakah bisa dijamin fisiknya masih kuat? Sebab, melaksanakan haji itu menguras energi yang cukup banyak. Mana ayahku berangkat sendiri pula!
Sebetulnya, aku dan suami juga sudah membuka tabungan haji. Berhubung kami belum punya uang untuk mendaftar, maka kami sepakat untuk melunasi uang pendaftaran haji untuk ayah saja. Membayangkan ayah berangkat haji seorang diri, ada rasa bersalah pada diriku. Koq teganya membiarkan ayah berangkat sendiri?
Sebetulnya, aku tak tega membiarkan ayah berangkat sendiri. Tapi, masalahnya ya itu, aku dan suami belum punya uang untuk melunasi uang pendaftaran porsi haji. Alhasil, aku hanya dapat berdoa mudah-mudahan dilapangkan Allah rejeki kami. Sehingga kami dapat sedikit-sedikit menambah saldo tabungan haji.
Aku dan suami memang sama-sama bekerja. Aku pegawai negeri biasa, suamiku seorang karyawan biasa pula. Gaji kami hanya cukup untuk kebutuhan sebulan. Oleh karenanya, untuk menambah penghasilan, aku mencoba mengembangkan hobyku membuat tulisan. Sudah ada beberapa tulisan berupa cerita yang kukirimkan ke majalah. Dulu waktu masih SMP dan SMA pernah beberapa kali membuat cerpen dan dimuat. Dulu honornya cuma 50 ribu perak. Tapi dengan uang segitu aku sudah bisa membeli 2 helai kemeja, lho!
Akhirnya, aku hanya dapat berdoa mudah-mudahan hobyku ini dapat menghasilkan uang. Ya, Allah berilah kesempatan pada hambamu ini untuk mewujudkan mimpi, berhaji bersama suami dan ayah! Ya, Allah, mudahkan jalannya rejeki kami, lapangkanlah rejeki kami untuk tujuan mulia ini... Amin!
Tapi dibalik kebahagiaanku terhadap ayah, ada sebersit kesedihan. Aku merasa kasihan pada ayah. Sekarang saja usianya sudah 69 tahun. Kalau menunggu 5 tahun lagi berarti usia ayah 74 tahun. Kalaupun ayah berumur panjang, apakah bisa dijamin fisiknya masih kuat? Sebab, melaksanakan haji itu menguras energi yang cukup banyak. Mana ayahku berangkat sendiri pula!
Sebetulnya, aku dan suami juga sudah membuka tabungan haji. Berhubung kami belum punya uang untuk mendaftar, maka kami sepakat untuk melunasi uang pendaftaran haji untuk ayah saja. Membayangkan ayah berangkat haji seorang diri, ada rasa bersalah pada diriku. Koq teganya membiarkan ayah berangkat sendiri?
Sebetulnya, aku tak tega membiarkan ayah berangkat sendiri. Tapi, masalahnya ya itu, aku dan suami belum punya uang untuk melunasi uang pendaftaran porsi haji. Alhasil, aku hanya dapat berdoa mudah-mudahan dilapangkan Allah rejeki kami. Sehingga kami dapat sedikit-sedikit menambah saldo tabungan haji.
Aku dan suami memang sama-sama bekerja. Aku pegawai negeri biasa, suamiku seorang karyawan biasa pula. Gaji kami hanya cukup untuk kebutuhan sebulan. Oleh karenanya, untuk menambah penghasilan, aku mencoba mengembangkan hobyku membuat tulisan. Sudah ada beberapa tulisan berupa cerita yang kukirimkan ke majalah. Dulu waktu masih SMP dan SMA pernah beberapa kali membuat cerpen dan dimuat. Dulu honornya cuma 50 ribu perak. Tapi dengan uang segitu aku sudah bisa membeli 2 helai kemeja, lho!
Akhirnya, aku hanya dapat berdoa mudah-mudahan hobyku ini dapat menghasilkan uang. Ya, Allah berilah kesempatan pada hambamu ini untuk mewujudkan mimpi, berhaji bersama suami dan ayah! Ya, Allah, mudahkan jalannya rejeki kami, lapangkanlah rejeki kami untuk tujuan mulia ini... Amin!
COMMENTS