Sudah lama aku tergelitik ingin menuliskan kesan terhadap juru parkir di pelataran sebuah toko buku terkenal di kotaku. Karena alasan klasik...
Sudah lama aku tergelitik ingin menuliskan kesan terhadap juru parkir di pelataran sebuah toko buku terkenal di kotaku. Karena alasan klasik (biasa.. ngakunya repot dan gak ada waktu buat bikin postingan..), akhirnya baru kali ini bisa kutuangkan kisahnya kali ini. Itupun lantaran kejadian dua hari yang lalu, yang menimpa juru parkir itu. Berikut kisahnya..
Ada tiga orang juru parkir ditempat itu. Masing-masing punya karakter dan sifat berbeda. Yang satu sebut saja Pak Amad, selalu gesit membantu orang-orang yang ingin parkir di situ. Baik itu parkir motor maupun parkir mobil, beliau selalu sigap dan gesit membantu. Senyum tulus tak pernah lepas tersungging dari bibirnya. Tampak sekali dia begitu ikhlas menjalani profesinya sebagai juru parkir.
Yang kedua sebut saja PakRobin. Usianya tak beda jauh dengan Pak Amad, tetapi pembawaannya selalu grasa-grusu dalam bekerja. Misalnya, dia terkesan tidak sabaran membantu orang yang mau parkir. Pernah suatu hari, aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, Pak Robin sedang dimarahi seseorang lantaran belum apa-apa sudah menagih ongkos parkir. Tentu saja orang itu jengkel dan mengeluarkan kata-kata seperti ini, "Mbok ya nanti dulu dong dah nagih uangnya, lha motorku aja belum dikeluarin dari parkiran ini. Ayo bantu dulu ngeluarin motorku..!"
Yang ketiga sebut saja Pak Bejo, sifatnya hampir sama dengan Pak Robin. Dia tak pernah senyum, dengan raut muka selalu cemberut dia melakoni profesinya. Bahkan sering juga dia terkesan cuek dengan orang-orang yang memarkirkan kendaraannya di situ. Tak pernah dia membantu merapikan jaket atau helm. Yang ada di benaknya mungkin hanyalah uang jasa parkir!
Beda sekali dengan Pak Amad, yang selalu merapikan helm dan letak jaket agar terhindar dari hujan. Pernah suatu hari aku melarangnya merapikan jaket dan helm lantaran aku hanya beberapa menit saja berada di toko buku. Tetapi beliau tetap melalukannya dan berdalih itu adalah bagian dari pekerjaannya. Hmm.. beda sekali dengan juru parkir yang lainnya. Dengan sikap tulusnya itu membuat aku respek terhadap pribadi Pak Amad. Orang seperti ini patut dihargai, pikirku. Makanya, aku tak segan-segan memberi tips atau ongkos lebih atas jasa parkirnya. Itu kulakukan sebagai bentuk apresiasi atas keiklhasannya menjadi juru parkir.. Kalau yang duanya lagi, aku ogah memberi tips karena aku tak respek dengan sikapnya!
Dua malam yang lalu, saat aku dan suami keluar dari toko buku langgananku, terjadilah peristiwa itu. Tiba-tiba pelataran parkir menjadi ramai dan banyak orang berkerumun. Hei, ada apakah gerangan? Terdengar suara ribut-ribut seperti orang yang memaki. Orang itu nampak sedang mengejar Pak Robin. Lho koq Pak Robin sampai dikejar-kejar? Selidik punya selidik ternyata orang itu tersinggung atas ulah Pak Robin yang tak sopan. Saat orang itu memberi uang jasa parkir ternyata Pak Robin memberi uang kembalian sambil dilempar ke arah orang itu. Tentu saja orang itu tersinggung!
Untung saat itu banyak orang melerai sehingga Pak Robin 'selamat' dari amukan orang itu! Aku yang melihat kejadian itu hanya bisa berharap, mudah-mudahan Pak Robin disadarkan atas kejadian yang menimpanya barusan. Mungkin lain kali dia harus banyak belajar dengan Pak Amad, bagaimana menjadi juru parkir yang santun dan beretika dan menjalani profesinya dengan iklhas!
Ada tiga orang juru parkir ditempat itu. Masing-masing punya karakter dan sifat berbeda. Yang satu sebut saja Pak Amad, selalu gesit membantu orang-orang yang ingin parkir di situ. Baik itu parkir motor maupun parkir mobil, beliau selalu sigap dan gesit membantu. Senyum tulus tak pernah lepas tersungging dari bibirnya. Tampak sekali dia begitu ikhlas menjalani profesinya sebagai juru parkir.
Yang kedua sebut saja PakRobin. Usianya tak beda jauh dengan Pak Amad, tetapi pembawaannya selalu grasa-grusu dalam bekerja. Misalnya, dia terkesan tidak sabaran membantu orang yang mau parkir. Pernah suatu hari, aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, Pak Robin sedang dimarahi seseorang lantaran belum apa-apa sudah menagih ongkos parkir. Tentu saja orang itu jengkel dan mengeluarkan kata-kata seperti ini, "Mbok ya nanti dulu dong dah nagih uangnya, lha motorku aja belum dikeluarin dari parkiran ini. Ayo bantu dulu ngeluarin motorku..!"
Yang ketiga sebut saja Pak Bejo, sifatnya hampir sama dengan Pak Robin. Dia tak pernah senyum, dengan raut muka selalu cemberut dia melakoni profesinya. Bahkan sering juga dia terkesan cuek dengan orang-orang yang memarkirkan kendaraannya di situ. Tak pernah dia membantu merapikan jaket atau helm. Yang ada di benaknya mungkin hanyalah uang jasa parkir!
Beda sekali dengan Pak Amad, yang selalu merapikan helm dan letak jaket agar terhindar dari hujan. Pernah suatu hari aku melarangnya merapikan jaket dan helm lantaran aku hanya beberapa menit saja berada di toko buku. Tetapi beliau tetap melalukannya dan berdalih itu adalah bagian dari pekerjaannya. Hmm.. beda sekali dengan juru parkir yang lainnya. Dengan sikap tulusnya itu membuat aku respek terhadap pribadi Pak Amad. Orang seperti ini patut dihargai, pikirku. Makanya, aku tak segan-segan memberi tips atau ongkos lebih atas jasa parkirnya. Itu kulakukan sebagai bentuk apresiasi atas keiklhasannya menjadi juru parkir.. Kalau yang duanya lagi, aku ogah memberi tips karena aku tak respek dengan sikapnya!
Dua malam yang lalu, saat aku dan suami keluar dari toko buku langgananku, terjadilah peristiwa itu. Tiba-tiba pelataran parkir menjadi ramai dan banyak orang berkerumun. Hei, ada apakah gerangan? Terdengar suara ribut-ribut seperti orang yang memaki. Orang itu nampak sedang mengejar Pak Robin. Lho koq Pak Robin sampai dikejar-kejar? Selidik punya selidik ternyata orang itu tersinggung atas ulah Pak Robin yang tak sopan. Saat orang itu memberi uang jasa parkir ternyata Pak Robin memberi uang kembalian sambil dilempar ke arah orang itu. Tentu saja orang itu tersinggung!
Untung saat itu banyak orang melerai sehingga Pak Robin 'selamat' dari amukan orang itu! Aku yang melihat kejadian itu hanya bisa berharap, mudah-mudahan Pak Robin disadarkan atas kejadian yang menimpanya barusan. Mungkin lain kali dia harus banyak belajar dengan Pak Amad, bagaimana menjadi juru parkir yang santun dan beretika dan menjalani profesinya dengan iklhas!
manusia mendapat ganjaran dari apa yang diperbuatnya, pak amad rajin dan santun maka rejekinya bakal lebih karena banyak yang memberinya tips akibat dari ramah tamahnya.. dan pak robin yang ogah2an memang begitu.. ciri2 orang yang gak mensyukuri ni'mat alias gak nerimo akan takdirnya sebagai juru parkir. maka terbawa pada tingkah lakunya yang kasar grasak grusuk, hingga sangat gak sopan melempar uang kembalian ongkos parkiran.. semoga pak robin diberi hidayah oleh Nya.. amiin..
BalasHapusAmiin...
BalasHapusBekerja apapun memang harus profesional dan bermoral agar sukses.
BalasHapusCrita yang menarik dansarat makna.
saya dinaas di Palembang selama 6 tahun lho.Kangen mpek-empek,model,tekwan,pindang ikan patin,dll.
salam hangat dari Surabaya
yup moga dia mengerti bagaimana harus bersikap ya
BalasHapusantara bekerja dengan hati dan bekerja tidak dengan hati...... memang rasanya berbeda...... hhe
BalasHapuspekerjaan apapun jika dilakukan dengan sepenuh hati dan keikhlasan Insya Allah hasilnya pun akan bagus.
BalasHapusCerita yang bagus menurut gw, dan hikmahnya dalam :-)