Perutku mulai melililit pertanda lapar. Kulririk arloji di tangan. Hampir menunjukkan jam 12 siang. Hmm..pantesan sudah kriuk-kriuk kencan...
Perutku mulai melililit pertanda lapar. Kulririk arloji di tangan. Hampir menunjukkan jam 12 siang. Hmm..pantesan sudah kriuk-kriuk kencang. Kurapikan berkas-berkas yang ada di meja kerja. Sebentar lagi jam istirahat siang. Aku mau makan di luar saja di sebuah mall dekat kantor. Kebetulan di bank itu ada bank pemerintah. Aku mau ke bank itu sekedar mengecek transferan yang masuk. Ssstt...transferan itu hasil ngejob review lho... Jumlahnya tak seberapa tetapi bisa menjadi penyemangat untuk terus ngeblog secara konsisten.
Dengan menumpang angkot, tak begitu lama sampailah di mall yang kutuju. Karena perutku sudah nagih minta diisi, aku mampir di resto fastfood. Menu sederhana, satu porsi berisi nasi, ayam dan secangkir softdrink. Sudah gitu saja menunya, sudah membuat perutku kenyang. Rasa kenyang itu setara dengan uang tigapuluh ribuaan.
Usai mengisi perut, aku bergegas menuju konter bank yang kumaksud. Untunglah siang itu antrian tidak banyak. Setelah ada satu yang antri, nomorku dipanggil dan langsung dilayani. Hanya mencetak print-out di buku rekening tabungan saja koq. Urusan di bank selesai, aku buru-buru keluar mall. Uppss...ternyata di luar sana hujan deras. Nah lho...gimana mau balik kantor? Sementara waktu terus beranjak. Jam istirahat siang sudah hampir berakhir.
Ternyata di pelataran mall banyak anak kecil menawarkan jasanya sebagai ojek payung.
"Bu, ojek payung Bu...," seorang anak kecil menghampiriku.
"Hmm...iya boleh, ntar ibu diantar sampai ke seberang jalan ya," pintaku pada anak kecil itu.
"Lho...kamu koq nggak pake payung juga?" tanyaku
"Nggak apa-apa Bu, kan sudah terlanjur basah nih..." jawabnya singkat.
Hujan siang itu cukup deras. Sehingga butuh kehati-hatian berjalan menyeberangi jalan agar tidak terpeleset.
"Kamu tidak sekolah ya?" tanyaku ingin tahu.
"Saya sudah pulang sekolah Bu. Di SMP "X" kelas 1."
"Kamu tidak dimarahin orangtuamu jadi ojek payung?" lanjutku ingin tahu lebih dalam.
"Tidak Bu, kan uangnya aku kumpulin untuk bayar SPP sekolah. Tuh...warung kecil itu warung bapakku," si bocah itu bercerita menunjuk ke arah pojokan jalan.
"Ohh....," hanya itu kata-kata terucap dari bibirku. Aku tersentuh dengan kegigihan anak ini. Dari sorot matanya aku tahu dia jujur.
Aku tak dapat berkata apa-apa selain membuka dompet dan selembar uang sepuluh ribu kuberikan padanya.
"Ini buatmu ya," ucapku singkat.
"Ohya..terimakasih Bu," si bocah agak terkejut menerima pemberianku. Mungkin dia tak menyangka akan mendapat uang sebanyak itu dari hasil membantuku menyeberangi jalan dan menerobos hujan yang deras. Hitung-hitung berbagi rejeki, kan abis nerima pembayaran ngejob review.
Di dalam angkot aku masih merasakan trenyuh, teringat perjuangan anak itu. Disela-sela waktunya mencari tambahan uang untuk membantu orangtuanya bayar SPP. Doaku, semoga kamu menjadi anak yang sukses ya.....
gambar dipinjam dari SINI
Hiks, jadi gimanaaaa gitu bacanya. Semoga dia kelak menjadi orang yang hebat. :)
BalasHapusMakasih atas atensinya ya Mba..
HapusKecil2 sudah bekerja membantu meringankan beban orangtua
BalasHapusSemoga sekolahnya tak terganggu ya Jeng
Salam hangat dari Jombang
Aminn.. Semoga anak itu kelak menjadi anak sukses.. Mksh atensinya Pakde..
HapusIni calon milyuner kita, Mbak.
BalasHapusMenyinggung kisah2 pengusaha sukses dari bawah, masa kecil mereka tak jauh dari sini.
Betul Mbak.. Aku jg pernah baca kisah2 spt itu.. Asalkan si bocah konsisten utk terus belajar dan tetap bersekolah walau dgn fasilitas minim..insyaallah dia sukses kelak..
Hapusmemberi sedikit kebahagiaan untuk mereka ya mbak
BalasHapusBetul Mba..berbagi sedikit kebahagiaan buat mereka..
Hapuskasihan memang terhadap anak2 kecil yang masih harus mencari uang d jalanan, ada yg menggunakan pakaian badut, ada yg membawa pembersih kaca mobil ada yg menari reog, semoga mereka diberikan masa depan yang gemilang dibalik segala usahanya
BalasHapusBetul Mba.. Smga mrk pun kelak memiliki masa dpn yg lebih baik dari kondisinya yg skrg..
HapusKadang, saya suka menyuruh bersama dibawah payung. Saat itu langsung ditolak oleh ojek payung. Hidup memang perlu perjuangan, untuk uang seribu, mengigil diantara hujan
BalasHapusKadang merekapun tahu diri ya Mba.. Demi uang seribuan mereka memberikan servis utk memanjakan orang2 pengguna jasanya sbg ojek payung..
Hapusiya banyak anak2 yg menderita ya..saya juga pernah sih pake jasa ojek payung.
BalasHapusMksh atas atensinya ya Mba..
HapusBanyak anak yg seperti itu, hiks..
BalasHapusMlsh atensinya dan sdh mampir di sini ya Mba..
Hapussalut banget dengan mereka yg biasanya mangkal di mall2, santun pula
BalasHapusMksh atensinya ya Mba..
HapusSangat menyentuh hati saya...hiks..hiks...btw lain kali ajak Murni dong Bunda jangan makan sendirian, heheee....
BalasHapusmksh Murni atas atensinya.. ntar ibuk ajak Murni biar gak makan sendirian ya..haha..
HapusHmm. Iya kadang karena kesibukan kita lupa ada banyak hal kecil yang sebenarnya bisa kita lakukan dan berarti besar untuk yg lain. Nice post kak, sangat menginspirasi.
BalasHapusSalam kenal ya.
:-)
Mksh ya...sdh suka dgn postingan ini.. Hal2 kecil memang terkadang membuat daku tersentuh hati..
Hapuskarena kesibukan kita, kadang lupa ada hal2 kecil yg sebenarnya bisa kita lakukan dan berarti besar buat yg lain. Nice post kak, sangat menginspirasi.
BalasHapusSalam kenal :-)
makasih Mba sdh mampir kemari..
Hapusiya, Mbak. Saya juga suka kasihan melihat anak yang jadi ojek payung. Semoga mereka selalu sehat.
BalasHapusMakasih Mba atas atensi dan kunjungannya..
Hapussemoga berkaaah ya mbaaa...salut dengan mereka yang sudah bekerja keras sejak usia muda...
BalasHapusMksh atas atensinya ya Mba..
HapusTulisan nya sangat bagus dan bisa mengantarkan saya ke sini serta memotivasi saya. Terima kasih banyak mbak salam kenal dari
BalasHapus