Siapa yang tak kenal dengan keindahan sunrise yang dapat dilihat dari pegunungan Bromo? Keindahan sunrisenya sudah terkenal bahkan ...
Siapa yang tak kenal dengan keindahan sunrise yang dapat dilihat dari pegunungan Bromo? Keindahan sunrisenya sudah terkenal bahkan sampai ke manca negara. Banyak wisatawan asing yang datang ke tempat ini, untuk menyaksikan sunsire dari ketinggian pegunungan Bromo.
Sejak awal tahun 2018 yang lalu, saya sudah berencana ke Bromo bareng teman-teman sekantor. Namun keinginan tersebut gagal terus, lantaran kami selalu disibukkan dengan aktivitas di kantor. Ketika kesempatan itu datang, terbanglah saya bareng teman-teman pada tanggal 11 Oktober 2018 menuju Surabaya.
Di Surabaya, telah menanti 4 orang teman yang kebetulan sedang berada di Surabaya. Alhasil, pukul 23.00 WIB, sebuah mobil elf dengan drivernya sudah menjemput di Tunjungan Hotel, tempat teman saya menginap. Setelah persiapan, rombongan kami menaiki mobil elf dan meninggalkan Tunjungan Hotel pukul 23.30 Wib.
Dan, petualanganpun dimulai. Kalau dijemput dari Surabaya, kami harus melalui Probolinggo untuk mencapai Bromo. Di sebuah pos perbatasan wilayah Tengger Semeru, kami berganti kendaraan 2 buah mobil jeep yang telah menanti. Medan menuju peguningan Bromo asyik banget. Makin lama makin inggi dan makin berkelok. Suasana malam makin eksotik ketika kami melihat penampakan lampu-lampu mobil jeep yang melingkar mengelilingi bukit. Menurut drivernya, itu adalah iring-iringan mobil jeep yang semuanya akan naik ke Bromo.
Di sebuah pos, kami berhenti sejenak untuk ke toilet dan drivernya melapor kepada penjaga pos setempat. Di tempat ini banyak penjual sarung tangan dan topi berbahan wool. Lumayan untuk melindungi tangan dan kepala dari dinginnya udara di pegunungan sekitar itu.
Setelah itu perjalanan untuk melihat sunrise berlanjut. Nantinya kami akan berhenti di sebuah tempat yang bernama Penanjakan. Di tempat inilah nantinya wisatawan berkumpul untuk menyaksikan sunrise. Pas tiba di Penanjakan, benar ternyata sudah ramai sekali wisatawan berkumpul. Semua punya tujuan yang sama, ingin melihat sunrise.
Di sebuah rumah peristirahatan, kami sarapan gorengan dan minum teh atau kopi hangat. Kami melakukan shalat subuh di tempat ini. Tak terdengar suara azan karena penduduk di wilayah ini termasuk perkampungan Tengger yang banyak menganut agama Hindu.
Sarapan sudah, shalat subuhpun sudah selesai kami lakukan. Kamipun bersiap-siap menuju spot tempat melihat sunrise. Kalau kita tidak bawa jaket atau baju hangat, bisa menyewa di tempat ini. Demikian juga bila belum punya sarung tangan dan topi penghangat, banyak juga yang menjualnya di tempat ini.
Sebelum menuju spot tersebut, kami sempat mengabadikan beberapa momen. Cekrak....cekrek, lampu blitz menyala dari kamera handphone masing-masing. Kami semua pasang aksi dengan penuh rasa bahagia, karena sebentar lagi akan menyaksikan sunsire di pegunungan Bromo.
COMMENTS